Indonesia negara yang memiliki ribuan pulau yang saling berhubungan satu sama lain. Hanya Indonesia yang memiliki pulau sebanyak 17.504 pulau, dengan 5 pulau besar dan sisanya pulau-pulau kecil. Indonesia sendiri terbentang dari Sabang sampai Merauke, dimana terdapat beragam suku, adat, budaya, agama, Bahasa, dan ras. Menarik rasanya dapat mempelajari beragam adat dan budaya di Indonesia yang semuanya bersatu dalam satu kata Indonesia. Tidak akan habisnya jika kita ingin mengetahui semua keragaman budaya di Indonesia, terbentang 1.919.440 km ini. Kali ini saya ingin membahas mengenai alat musik di Indonesia, berbeda budaya tentunya berbeda juga alat musik tradisional yang dimiliki setiap suku di Indonesia. Mulai dari kecapi, angklung, sasando, kolintang, gamelan dan lainnya masih banyak sekali alat musik tradisional yang masih dilestarikan dimasa kini. Meskipun jaman terus berkembang, tak jarang anak muda masih menggunakan dan bangga akan alat musik tradisional. Bahkan mereka sering memadupadankan alat musik tradisional dengan alat musik modern. Panggung-panggung megah digelar untuk menampilkan performa-perfoma musisi dengan berbagai jenis alat musik. Salah satu festival musik yang mulai merambah kanca mancanegara adalah Jogja Gamelan Festival, tidak hanya Prambanan Jazz Festival saja. Jogja juga menghadirkan festival musik tradisional miliki mereka, yakni gamelan.
Gamelan sendiri berasal dari kata gamel, yang berarti memukul atau menabuh dan dapat merujuk pada jenis alat pukul (palu) yang digunakan untuk memukul intrumen kemudian diikuti akhiran an sehingga menjadi kata benda. Sebelumnya gamelan dibawa oleh kebudayaan Hindu-Budha yang bertransisi yang mendominasi Nusantara, sehingga dapat disebut sebagai warisan kesenian asli Nusantara. Gamelan dikenalkan menjadi intrumen seperangkat alat musik dan berkembang pada zaman Majapahit, kemudian menyebar ke berbagai daerah seperti Bali, Sunda dan Lombok. Gamelan kemudian berkembang dengan bertambahnya beberapa intrumen yang ditambahi oleh Sunan Bonang agar dapat dinikmati dari semua agama. Gamelan sebagai intrumen musik yang dalam budaya jawa biasa digunakan sebagai pengiring pagelaran wayang, campursari, atau pada hajatan-hajatan besar. Tergerus perkembangan jaman, gamelan sudah mulai ditinggalkan oleh anak muda. Mereka lebih memilih intrumen musik modern seperti drum, bass, gitar, keyboard dan lainnya. Tahun 1995 atas keresahan Sapto Raharjo, Yoyga Gamelan Festival pun ia gelar agar musik gamelan tidak mudah untuk dilupakan.
Yogya Gamelan Festival tidak hanya didatangi oleh pecinta gamelan dari Jawa saja, festival ini berhasil mendatangkan komunitas-komunitas dari berbagai daerah seperi Sunda, Bali bahkan Luar Negeri juga. Berkat adanya festival ini sebagai salah satu wadah untuk melestarikan, bersilaturahmi, dan mengubah stigma negatif terhadap gamelan. Banyak orang percaya bahwa gamelan adalah alat musik yang kuno dan mistis sehingga banyak generasi muda yang tidak berminat untuk mempelajarinya. Event Yogya Gamelan Festival ini menampilkan penampil dari dalam negeri seperti Yogya, Jawa, Bali, Klaten, Bandung, atau Madiun saja. Event ini berhasil menampilkan penampil gamelan dari mancanegara seperti USA, Australia dan lainnya. Berbeda dengan Prambanan Jazz Fesvtival yang diselenggarakan di Prambanan saja, Yogya Gamelan Festival ini digelar dibeberapa tempat, yang berganti setiap tahunnya, biasanya diselenggarakan di TBY, Pasar Ngasem, dan PKKH UGM. Pada tahun 2019 kemarin untuk merayakan Yogya Gamelan Festival yang sudah berusia 24th, pergelaran yang digerakkan tentunya berbeda dari sebelumnya. Pasar Ngasem sebagai panggung utama dan ada beberapa tempat lainnya yang juga ada panggung kecil, dan kali ini tema festival adalah “New Gamelan”. Diharapkan dengan adanya inovasi-inovasi yang dilakukan musik gamelan semakin diminati oleh kalangan anak muda.
Yogya Gamelan Festival yang tujuan awalnya dibuat adalah menumbuhkan spirit gamelan agar tetap tumbuh dan hidup dalam masyarakat. “Gamelan itu spirit, dan intrumen hanyalah media” Sapto Raharjo. Banyak hal yang dapat dipelajari dari Gamelan, dimana kita dapat belajar sikap hidup seperti sopan dan santun. Gamelan memberikan pelajaran sikap hidup yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti cara duduk dan memukulnya pun ada aturan-aturannya sendiri. 2020 kemarin Yogya Gamelan Festival tetap digelar meskipun ditengah situasi pandemic. Ari Wulu menuturkan bahwa Yogya Gamelan Festival sebagai tempat pecinta gamelan dan dapat diwujudkan dengan memanfaatkan teknologi masa kini. Berbeda dengan tahun sebelumnya, festival kali ini diselenggarakan secara daring. Disiarkan secara langsung melalui chanel 25th YGF dan dapat ditonton oleh siapa saja. Gamelan adalah alat musik yang satu kesatuan dan tidak modular yang berarti harus dimainkan secara bersama-sama. Pandemi ini lantas tidak membuat festival menjadi mundur, justru dapat dilakukan. Karena didalam gamelan bunyinya terdapat ruang yang masing-masing memberikan ruang dan jarak satu sama lain agar tidak bertabrakan. Bahkan dalam pagelaran kali ini penampil jauh lebih banyak dan berasal dari mana saja, berkat teknologi canggih masa kini.