Selasa Wage di Malioboro kenapa sepi pedagang
Selasa Wage Di Malioboro Jogja setiap 35 hari

Modern ini populasi manusia terus bertambah, program pemerintah mengenai dua anak cukup ternyata hanya sekadar angina lalu saja. Manusia terus bertambah, dan lahan pun menjadi sempit. Ruang-ruang terbuka kini juga semakin menghilang oleh gedung dan rumah-rumah warga. Padahal ruang terbuka sangatlah penting bagi masyarakat, baik untuk olahraga ataupun sekadar bersantai saja. Upaya pemerintah untuk selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakatnya bahkan tidak pernah pudar. Beberapa tahun terakhir program pemerintah mengenai Car Free Day telah dilaksanakan. Bertujuan untuk memberikan ruang gerak bagi masyarakat agar tetap hidup sehat meskipun satu kali dalam seminggu. Program ini disambut baik oleh masyarakat, dan sudah berjalan dibeberapa daerah di Indonesia. Akan tetapi Yogyakarta, kota satu ini memiliki caranya sendiri untuk membuat masyarakatnya beristirahat sebentar dari hiruk pekerjaan. Setiap 35hari sekali Jogja memperingati Selasa Wage, hari dimana di Jalan Malioboro ini libur sesaat dari pedagang dan umkm. Selasa Wage ini dipilih karena pada hari jawa Selasa Wage ini adalah hari lahir Sultan Hamengku Buwono X, untuk itu ditetapkan pula sebagai hari Car Free Day di Jalan Malioboro.

Awal mula gagasan ini muncul karena pemerintah yang mengusulkan diadakan hari libur sehari untuk para pedagang dan umkm di Jalan Malioboro ini. Memberikan jeda waktu untuk Malioboro beristirahat sebentar dari hiruk pikuk dan keramaiannya. Karena sejatinya Malioboro selalu ramai dan tidak pernah libur kecuali dihari-hari besar. Program ini sebelumnya telah disosialisasikan kepada ketua komunitas dan UMKM setempat, dan hal ini langsung disetujui. Selain sebagai hari libur, moment ini juga dimanfaatkan untuk bersih-bersih dan gotong royong pedagang setempat. Budaya yang sudah dimulai sejak tahun 2017 ini memiliki tujuan yaitu untuk memperingati hari lahir Sultan Hamengku Buwono X, untuk menciptakan suasana Malioboro yang bebas dari kendaraan bermotor, dan libur bersama dari kegiatan di pasar. Kegiatan ini kemudian mulai diketahui orang-orang berkat banyak media yang mempublikasikannya, tahun 2019 Selasa Wage mulai dikenal oleh banyak orang.

Selasa Wage tidak hanya sebagai hari libur dan bersih-bersih semata, akan tetapi selalu ada kegiatan baik oleh masyarakat, pedagang, komunitas maupun mahasiswa Jogja. Moment ini dimanfaatkan beberapa komunitas dan penggiat seni untuk melakukan kegiatan di Malioboro setiap Selasa Wage. Sore hari di Malioboro dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat serta mengenalkan budaya ke khalayak umum. Jalanan yang senggang membuat masyarakat memiliki ruang gerak, pada tahun 2019 Selasa Wage dimulai dari pukul 06.00 sampai 22.00 WIB. Pagi hari ada yang bersepeda, berjalan sambil membawa hewan peliharaan, berjoging, tentunya ada yang sedang bersih-bersih atau hanya sekadar berfoto tanpa ada PKL. Moment Selasa Wage kemudian dikenal oleh sebgaian orang, sampai orang dari luar Jogja rela untuk dating dan menikmati Malioboro tanpa adanya kegiatan PKL dipinngir jalan ini. Salah satu hal yang membuat Selasa Wage dikenal banyak orang adalah adanya kegiatan senam, tari atau flashmob di salah satu sudut jalan. Kegiatan positif ini terus dikembangkan, bahkan para PKL pun turut memberikan penampilan disetiap Selasa Wage. Semakin sore Malioboro semakin ramai, banyak orang datang untuk menonton penampilan atau hanya sekadar untuk bersantai menunggu malam datang.

Beberapa pendatang awalnya mengeluh, karena biasanya setelah berjalan panjang mereka dapat membeli minuman disetiap tepi jalan. Karena diliburkan jadi agak susah untuk menemukan penjual minuman atau makanan, hal ini juga menjadi perhatian Gubernur Jogja. Solusi telah ditemukan, disetiap sudut atau gang PKL diperbolehkan untuk berdagang makanan dan minuman, hal ini karenea PKL juga merupakan kekuatan Malioboro. Jadi tidak perlu ragu jika ingin datang ke Selasa Wage, meskipun hanya sekadar berjalan-jalan saja. Pada awal tahun 2020 Selasa Wage semakin tenar di masyarakat luas, pertunjukan seni pun semakin dilestarikan. Disediakan 9 titik lokasi pertunjukan seni, baik oleh masyarakat, komunitas, PKL, atau mahasiswa seni. Hal ini semakin membuat semarak Selasa Wage dan budaya semakin berkembang dan terus dilestarikan.

Selasa Wage terus dipublikasikan, hal ini bertujuan agar masyarakat luar yang ingin berekreasi atau berbelanja tidak kecewa karena PKL libur. Sosialisasi Selasa Wage penting dilakukan, karena beberapa wisatawan yang berlibur di pantai Jogja sering mengakhiri kunjungannya di Jogja dengan membeli oleh-oleh di Malioboro. Jika beberapa orang tidak tahu akan hal ini maka akan kecewa ketika sudah sampai di Malioboro, karena tidak ada satupun pedagang yang berjualan disana. Jika ingin berkunjung dan berbelanja di Malioboro jangan pada hari Selasa Wage, karena yang ada hanya sekerumunan orang yang sedang bersuka ria di tengah jalan dengan tari-tarian atau yang lainnya.